Jumat, 17 April 2015

Kab/Kota di Riau-Selat Panjang





adalah ibu kota Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, Indonesia.
Kota Selatpanjang juga merupakan Ibukota Kecamatan Tebing Tinggi, kota ini terletak di bagian pesisir utara Pulau Tebingtinggi dan memiliki wilayah seluas 45,44 km2 dan jumlah penduduk berdasarkan Susnas 2010 sebanyak 76.763 jiwa dengan kepadatan 75,27 jiwa/km². Kota Selatpanjang juga berjulukan sebagai Kota Sagu karena daerah ini termasuk salah satu Kawasan Pengembangan Ketahanan Pangan Nasional karena penghasil sagu terbesar di Indonesia. Sebelum pemekaran wilayah pada tahun 2009, Kota Selatpanjang berada dalam wilayah Kabupaten Bengkalis.

Sejarah

Kota Selatpanjang merupakan pusat pemerintahan kabupaten Kepulauan Meranti, duhulu merupakan salah satu bandar (kota) yang paling sibuk dan terkenal perniagaan di dalam kesultanan Siak.Bandar ini sejak dahulu telah terbentuk masyarakat heterogen, terutama suku Melayu dan Tionghoa, karena peran antar merekalah terbentuk erat dalam keharmonisan kegiatan kultural maupun perdagangan. Semua ini tidak terlepas ketoleransian antar persaudaraan. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang barang maupun manusia dari China ke nusantara dan sebaliknya.
Daerah Selatpanjang dan sekitarnya sebelumnya merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapura yang merupakan salah satu kesultanan terbesar di Riau saat itu.Pada masa pemerintahan Sultan Siak VII yaitu Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi (yang bertahta tahun 1784–1810), biasa disapa Sultan Syarif Ali, memberi titah kepada Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha untuk mendirikan Negeri atau Bandar di Pulau Tebing Tinggi. Selain tertarik pada pulau itu juga karena Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi sendiri pernah singgah ke daerah itu, tujuan utama Sultan Syarif Ali ingin himpun kekuatan melawan kerajaan Sambas (Kalimantan Barat) yang terindikasi bersekutu dengan Belanda yang telah khianati perjanjian setia dan mencuri mahkota Kerajaan Siak. Negeri atau Bandar ini nantinya sebagai ujung tombak pertahanan ketiga setelah Bukit Batu dan Merbau'' untuk menghadang penjajah dan lanun.
Maka bergeraklah armadanya dibawah pimpinan Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha pada awal Muharram tahun 1805 Masehi diiringi beberapa pembesar Kerajaan Siak, ratusan laskar dan hulu balang menuju Pulau Tebing Tinggi. Mereka tiba di tebing Hutan Alai(sekarang Ibukota Kecamatan Tebingtinggi Barat). Panglima itu segera menghujam kerisnya memberi salam pada Tanah Alai.Tanah Alai tak menjawab, Ia meraup tanah sekepal, terasa panas. Ia melepasnya, “Menurut sepanjang pengetahuan den, tanah Alai ini tidak baik dibuat sebuah negeri karena tanah Hutan Alai adalah tanah jantan, Baru bisa berkembang menjadi sebuah negeri dalam masa waktu yang lama,” kata sang panglima dihadapan pembesar Siak dan anak buahnya.
Panglima bertolak menyusuri pantai pulau ini. Lalu, terlihat sebuah tebing yang tinggi. “Inilah gerangan yang dimaksud oleh ayahanda Sultan Syarif Ali,” pikirnya. Armada merapat ke Tebing Tanah Tinggi bertepatan tanggal 07 April 1805 Masehi. Di usia masih 25 tahun itu, dengan mengucap bismillah Panglima melejit ke darat yang tinggi sambil memberi salam. “Alha-mdulillah tanah tinggi ini menjawab salam den,” katanya. Tanah diraupnya, terasa sejuk dan nyaman. Ia tancapkan keris di atas tanah (lokasinya sekarang kira-kira dekat komplek kantor Bea Cukai Selatpanjang). Sambil berkata, “Dengarkanlah oleh kamu sekalian di tanah Hutan Tebing Tinggi inilah yang amat baik didirikan sebuah negeri. Negeri ini nantinya akan berkembang aman dan makmur apabila pemimpin dan penduduknya adil dan bekerja keras serta menaati hukum-hukum Allah.”
Panglima itu berdiri tegak dihadapan semua pembesar kerajaan, laskar, hulu balang, dan bathin-bathin sekitar pulau. “Den bernama Tengku Bagus Saiyid Thoha Panglima Besar Muda Siak Sri Indrapura. Keris den ini bernama Petir Terbuka Tabir Alam Negeri. Yang den sosok ini den namakan Negeri Makmur Kencana Bandar Tebing Tinggi.”itulah nama asal muasal kota selatpanjang.
Setelah menebas hutan, membuka wilayah kekuasaan, berdirilah istana panglima besar itu. Pada 1810 Masehi Sultan Syarif Ali mengangkat Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha itu sebagai penguasa pulau. Kala itu, sebelah timur negeri berbatasan dengan Sungai Suir dan sebelah barat berbatasan dengan Sungai Perumbi,seiring perkembangan waktu bandar ini semakin ramai dan bertumbuh sebagai salah satu bandar perniagaan di kesultanan siak.
Ramai interaksi perdagangan didaerah pesisir Riau inilah menyebabkan pemerintahan Hindia Belanda ikut ambil dalam bagian penentuan nama negeri ini. Sejarah tercatat pada masa Sultan Siak yang ke 11 yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin. Pada tahun 1880, pemerintahan di Negeri Makmur Kencana Tebing Tinggi dikuasai oleh J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi yang bergelar Tuan Temenggung Marhum Buntut (Kepala Negeri yang bertanggung jawab kepada Sultan Siak). Pada masa pemerintahannya di bandar ini terjadilah polemik dengan pihak Pemerintahan Kolonial Belanda yaitu Konteliur Van Huis mengenai perubahan nama negeri ini, dalam sepihak pemerintahan kolonial Belanda mengubah daerah ini menjadi Selatpanjang, namun tidak disetujui oleh J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi selaku pemangku daerah. Akhirnya berdasarkan kesepakatan bersama pada tanggal 4 September 1899, Negeri Makmur Kencana Tebing Tinggi berubah menjadi Negeri Makmur Bandar Tebingtinggi Selatpanjang.J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi mangkat pada tahun 1908. Seiring waktu masa diawal Pemerintahan Republik Indonesia, kota selatpanjang dan sekitarnya ini merupakan Wilayah Kewedanan di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Tebingtinggi.Pada tanggal 19 Desember 2008,daerah selatpanjang dan sekitarnya ini berubah menjadi Kabupaten Kepulauan Meranti memekarkan diri dari Kabupaten bengkalis dengan ibukota Selatpanjang.

Geografi

Selatpanjang terletak berada bagian utara di Pulau Tebing Tinggi secara Geografis terletak antara 0° 48' 36" - 1° 2' 24" Lintang Utara, dan 102° 25' 12" - 103° 0' 0" Bujur Timur, membuat Kota ini sangat strategis selain dekat dengan Negara Tetangga,Selatpanjang juga berada dijalur pelayaran dan perdagangan Internasional Selat Malaka di Dua Negara yaitu Malaysia dan Singapore,serta secara tidak langsung sudah menjadi daerah Hinterland Kawasan Free Trade Zone (FTZ) Batam dan Tanjung Balaikarimun sekaligus juga berada Kawasan Segitiga Pertumbuhan Ekonomi Indonesia - Malaysia - Singapore (IMS-GT). Posisi ini menjadikan Selatpanjang sebagai salah satu daerah yang mempunyai potensi mengembangkan ekonomi sehingga memiliki daya tarik investasi kedepan sebagai salah satu Kota Niaga di pesisir Riau. Kota Selatpanjang terletak di Pulau Tebingtinggi,daerah pulau ini merupakan daratan rendah dan sebagian wilayahnya masih terdiri dari daerah rawa-rawa dan hutan bakau.
Secara administratif, Kota Selatpanjang berbatasan dengan:
Kondisi Iklim
Kota Selatpanjang beriklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh sifat iklim laut, dengan temperatur berkisar 25° - 32° Celcius. Musim hujan biasa terjadi antara bulan September hingga Januari, dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 809-4.078 mm/tahun,periode kering (musim kemarau) biasanya terjadi antara bulan pebruari hingga Agustus. Angin berhembus sepanjang tahun secara bergiliran, yaitu dari arah Utara untuk Januari sampai April. Dari timur bulan April sampai Juli, dari arah Selatan Juli sampai Oktober dan dari arah Barat Oktober sampai Januari.

Demografi

Penduduk Kota Selatpanjang berjumlah 76.763 jiwa (2010). Dengan kepadatan penduduk 55 jiwa/km2.
Jumlah Penduduk Kecamatan Tebing Tinggi/Selatpanjang Menurut Desa/Kelurahan dan Jenis Kelamin Hasil Sensus Penduduk (dalam ribuan)
Desa/Kelurahan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
Selat Panjang Kota
5,5
5,0
10,5
Selat Panjang Barat
2,6
2,5
5,1
Selat Panjang Timur
7,2
7,1
14,3
Selat Panjang Selatan
4,1
4,0
8,1
Banglas
2,6
2,4
5,0
Banglas Barat
1,8
1,7
3,5
Sesap
0,3
0,2
0,5
Alah Air
2,4
2,3
4,7
Alah Air Timur
1,4
1,4
2,8
Kec. Tebing Tinggi
27,9
26,6
54,5
Etnis (suku bangsa) Suku Melayu dan Tionghoa memiliki populasi yang sangat dominan di Selatpanjang. Disamping itu juga terdapat berbagai suku lainnya seperti Suku Jawa, Minangkabau, Bugis, Tamil / India, dll.
Ekonomi
Mata pencarian penduduk Selatpanjang secara umum masih didominasi perdagangan, perikanan, perkebunan. Kota Selatpanjang dahulu dikenal sebagai Kota Sagu, karena daerah ini dulu menghasilkan sagu dalam kuantitas besar bahkan yang terbesar di Indonesia . Namun, sekarang produksi sagu diperkirakan telah berkurang akibat banyaknya perkebunan sagu yang beralih fungsi menjadi pemukiman penduduk seiring tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi di daerah ini.
Budidaya Sarang Burung Walet
Penangkaran walet di Kota Selatpanjang saat ini bertumbuh sangat pesat diseluruh penjuru kota. Hal tersebut memang memberikan keuntungan signifikan terutama secara ekonomi yang cukup besar bagi warga masyarakat.Sejak awal keberadaannya budidaya sarang burung walet menjadi primadona bagi masyarat Kabupaten Meranti,terutama daerah kawasan Kota Selatpanjang.Dalam Jangka 10 tahun terakhir dari tahun 2000 sampai sekarang telah menjamur ratusan penangkaran burung walet.hal tersebut dikarena permintaan komoditas sarang burung walet sangat tinggi.Dari tempat ini sarang burung walet diekspor ke Singapura dan Hong Kong (China).Ditempat ini harga sarang burung walet untuk kualitas terbaik bisa mencapai 20 juta per kg,walaupun disinyalir pola perdagangan melalui Black Market.Pedagang atau perantara biasa mendatangi langsung ke lokasi lokasi produsen sarang walet dan perkilonya dihargai cuma 9 - 12 juta per kg, Nilai itu jauh berbeda bila sarang burung walet dikelolah sendiri dan dijual langsung ke pusat perdagangan yang ada di Singapura dan Hong Kong.
Tempat atau rumah penangkaran burung walet di daerah kawasan kota Selatpanjang,pada umumnya dimiliki oleh masyarakat yang dimiliki kemampuan finansial yang mapan,karena untuk membangun satu rumah biasa(kayu) perlu dana sekitar 100 juta untuk ukuran 5x10x12 m.Biaya sebesar itu untuk komponen: Upah borongan tenaga kerja sekitar 25 juta,bahan baku kayu 17 juta, dan sisanya untuk perangkat budidaya itu sendiri.Pemelihara rumah walet tidak terlalu sulit kecuali pada saat awal dengan memasang perangkap suara buatan dan membuat sumber makanan walet dari nanas yan mulai membusuk.
Transportasi
Selatpanjang merupakan kota transit khususnya untuk transportasi laut dari Pekanbaru menuju Pulau Batam/Tanjung Pinang atau Tanjung Balai Karimun dan sebaliknya. Sejak tahun 2007 telah dibuka jalur khusus dari Selatpanjang langsung menuju Batu Pahat, Malaysia. Dibanding dengan jarak antara Selatpanjang dengan Pekanbaru dan Pulau Batam, jarak antara Selatpanjang dengan Batupahat lebih dekat, waktu yang dibutuhkan hanya ditempuh sekitar 1,5 - 2 jam perjalanan.Daerah ini juga merupakan jalur transit keberbagai daerah Riau seperti Bengkalis, Dumai, Siak Sri Indrapura, Duri. Karena letak strategis itulah membuat Selatpanjang menjadi daerah pintu gerbang penghubung antara Riau Daratan dan Riau Kepulauan. Disamping itu telah dibuka pembangunan jalan darat menghubungkan Selatpanjang - Siak - Pekanbaru via roro dermaga rool on-rool off (Roro)Kampung Barak,Desa Tanjung Peranap Kecamatan Tebing Tinggi Barat dengan Desa Mengkapan,kawasan Buton,Kabupaten Siak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar